Profil Desa Sirukun

Ketahui informasi secara rinci Desa Sirukun mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Sirukun

Tentang Kami

Desa Sirukun di Kecamatan Kalibening, Banjarnegara, merupakan perpaduan harmonis antara potensi agraris sebagai lumbung pangan, kekayaan tradisi seperti Kirab 1000 Tenong, dan pengembangan wisata alam yang terencana untuk masa depan yang mandiri dan sejah

  • Lumbung Pangan Berbasis Kearifan Lokal

    Desa Sirukun merupakan pusat agraris penting dengan komoditas utama padi, sayuran, kopi, dan teh, yang diperkuat oleh praktik pertanian unik yang memadukan tradisi spiritual dan nilai-nilai Islam.

  • Magnet Budaya Melalui "Kirab 1000 Tenong"

    Tradisi tahunan ini menjadi ikon utama desa, berfungsi sebagai ungkapan syukur hasil bumi sekaligus daya tarik wisata budaya yang kuat dan telah diakui secara nasional.

  • Pengembangan Wisata Terencana

    Melalui kerjasama dengan lembaga profesional, desa ini memiliki masterplan pariwisata yang jelas, mengintegrasikan pembangunan fasilitas modern dengan pemberdayaan ekonomi lokal dan pelestarian budaya.

Pasang Disini

Terletak di antara perbukitan sejuk di Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Desa Sirukun menjelma menjadi sebuah kanvas kehidupan masyarakat yang melukiskan kekuatan tradisi, kesuburan alam dan visi pembangunan yang kokoh. Jauh dari hiruk pikuk kota, desa yang dikenal sebagai "Desa Seribu Budaya" ini menawarkan potret ideal tentang bagaimana kearifan lokal dapat berjalan beriringan dengan semangat kemajuan zaman, menjadikannya salah satu desa paling dinamis di wilayah dataran tinggi Banjarnegara.Desa Sirukun secara geografis menempati posisi strategis di ketinggian, dianugerahi hawa sejuk dan pemandangan alam yang memanjakan mata. Wilayahnya berbatasan langsung dengan Desa Bedana di sebelah barat dan Desa Karanganyar di sebelah timur. Dengan luas wilayah mencapai 3,8 kilometer persegi, desa ini menjadi rumah bagi 2.141 jiwa penduduk, menghasilkan tingkat kepadatan sekitar 563 jiwa per kilometer persegi. Struktur pemerintahannya terbagi ke dalam dua dusun utama, yakni Dusun Sampo (Sirukun 1) dan Dusun Sangkanjaya (Sirukun 2), yang masing-masing denyut kehidupannya disokong oleh semangat gotong royong dan kebersamaan yang kental.Pemerintah Desa Sirukun, di bawah kepemimpinan Kepala Desa Karpi, secara sadar mengarahkan fokus pembangunan pada tiga pilar utama: ketahanan pangan, pengembangan pariwisata, dan pelestarian budaya. Sinergi ketiga pilar ini bukan hanya wacana, melainkan sebuah cetak biru yang dieksekusi melalui program-program nyata, menjadikan Sirukun sebagai model desa yang berjuang untuk kemandirian dan kesejahteraan warganya.

Jantung Agraris dan Lumbung Pangan Masa Depan

Sebagai desa agraris, sektor pertanian merupakan tulang punggung utama perekonomian Desa Sirukun. Lahan-lahan subur yang terhampar dimanfaatkan oleh mayoritas penduduk yang berprofesi sebagai petani untuk menanam beragam komoditas. Padi, jagung, sayur-mayur, dan aneka buah-buahan menjadi hasil bumi andalan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal tetapi juga memasok pasar yang lebih luas. Berdasarkan data pemerintah desa, hasil panen di wilayah ini menunjukkan tren positif, dengan peningkatan hingga 30 persen pada tahun-tahun produktif, sebuah bukti keberhasilan pengelolaan lahan dan kerja keras para petani.Keunggulan agraris Sirukun tidak berhenti pada tanaman pangan. Perkebunan teh dan kopi juga tumbuh subur di lereng-lereng perbukitan, menghasilkan produk dengan cita rasa khas dataran tinggi. Selain itu, potensi perikanan air tawar juga dikembangkan secara aktif oleh masyarakat, memanfaatkan sumber daya air yang melimpah untuk budidaya ikan yang menjanjikan.Uniknya, praktik pertanian di Sirukun tidak lepas dari nilai-nilai spiritual dan tradisi yang diwariskan turun-temurun. Masyarakat di sini masih memegang teguh kearifan lokal dalam setiap tahapan bertani, mulai dari pemilihan bibit hingga masa panen. Salah satu tradisi yang paling khas ialah penyebutan bibit padi unggulan dengan nama "Mbok Sri Dewi Aminah", sebuah perpaduan indah antara kepercayaan adat kuno yang menghormati dewi padi dengan nilai-nilai Islam melalui penyematan nama ibunda Nabi Muhammad SAW. Prosesi ini diiringi dengan doa-doa khusus yang dipanjatkan kepada Tuhan, memohon kesuburan, kemakmuran, dan perlindungan dari segala mara bahaya. Ritual ini menunjukkan betapa dalamnya hubungan antara masyarakat Sirukun dengan alam dan sang Pencipta, sebuah harmoni yang jarang ditemui di era modern.Menyadari potensi besar ini, Pemerintah Desa Sirukun mencanangkan visi besar untuk menjadi salah satu "lumbung pangan" andalan bagi Kabupaten Banjarnegara. "Kami melihat potensi pertanian yang sangat tinggi di sini. Jika petani dan pelaku UMKM kita sehat, tangguh, dan mandiri, tentu akan memberikan peningkatan taraf ekonomi yang sangat signifikan bagi masyarakat," ujar Kepala Desa Sirukun, Karpi, dalam sebuah kesempatan. Untuk mendukung visi ini, pemerintah desa aktif melakukan pembinaan terhadap kelompok-kelompok tani dan para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), seperti kelompok "Baswara Sirukun" yang diketuai oleh Wasirun Setiawan, untuk mendorong tumbuhnya ekonomi kerakyatan yang berbasis pada hasil bumi lokal.

Pesona Budaya dan Magnet Wisata "Kirab 1000 Tenong"

Kekuatan utama yang menjadikan Desa Sirukun dikenal luas ialah kekayaan budayanya yang hidup dan terawat. Puncak dari ekspresi budaya ini terwujud dalam sebuah perhelatan akbar tahunan bernama "Kirab 1000 Tenong". Acara ini merupakan tradisi ruwat bumi yang digelar sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat atas melimpahnya hasil panen dan karunia Tuhan Yang Maha Esa.Dalam kirab ini, ribuan warga, mengenakan pakaian adat Jawa, akan berjalan beriringan mengelilingi desa sambil membawa tenong—wadah anyaman bambu berbentuk bulat yang berisi nasi, lauk-pauk, dan berbagai makanan olahan hasil bumi. Kirab ini semakin meriah dengan adanya arak-arakan dua gunungan besar yang tersusun dari sayuran dan buah-buahan segar, serta diiringinya pusaka leluhur desa. Setelah prosesi kirab selesai, seluruh warga akan berkumpul di lapangan desa untuk memanjatkan doa bersama dan kemudian menyantap hidangan dari dalam tenong secara bersama-sama.Filosofi tenong yang terbuka, tidak seperti rantang yang tertutup, menjadi simbol transparansi, kerukunan, dan semangat berbagi di antara warga. "Satu tenong dapat dinikmati oleh 5 hingga 10 orang. Ini melambangkan transparansi... Yang paling penting, saat makan bersama ini semua saling berbagi makanan satu dengan yang lainnya," jelas Karpi.Kemeriahan dan keunikan Kirab 1000 Tenong telah berhasil menarik perhatian hingga ke tingkat nasional. Pada penyelenggaraan Mei 2025 lalu, acara ini bahkan dihadiri oleh Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, yang memberikan apresiasi tinggi terhadap semangat kebersamaan dan gotong royong warga Sirukun. Kehadiran pejabat tingkat nasional ini menjadi bukti bahwa tradisi lokal Sirukun memiliki daya tarik yang kuat dan berpotensi besar sebagai magnet pariwisata budaya. Selain kirab, rangkaian acara biasanya juga dimeriahkan dengan pagelaran wayang kulit, pertunjukan seni lokal, hingga pameran produk UMKM.

Visi Pengembangan Pariwisata Terpadu

Sadar akan potensi alam dan budayanya, Desa Sirukun kini tengah melangkah maju dalam menata dan mengembangkan sektor pariwisatanya secara profesional. Bekerja sama dengan Lembaga Strategi Nasional (LSN), pemerintah desa telah menyusun sebuah Masterplan Kawasan Wisata yang terintegrasi dan berkelanjutan. Rencana induk ini bukan sekadar dokumen teknis, melainkan sebuah peta jalan untuk mewujudkan impian Sirukun sebagai destinasi wisata unggulan di Banjarnegara.Beberapa elemen kunci yang dirancang dalam masterplan ini antara lain pembangunan lapangan multifungsi yang dapat menjadi pusat aktivitas masyarakat, mulai dari festival budaya, kegiatan olahraga, hingga acara kemasyarakatan lainnya. Selain itu, akan dibangun pula panggung pagelaran seni dan budaya yang representatif. Panggung ini diharapkan tidak hanya menjadi daya tarik bagi wisatawan, tetapi juga berfungsi sebagai pusat pelestarian dan regenerasi kesenian lokal.Untuk menjamin kenyamanan pengunjung, pembangunan fasilitas umum yang memadai seperti toilet, tempat ibadah, dan area parkir menjadi prioritas utama. Komitmen ini mencerminkan keseriusan Desa Sirukun dalam menciptakan pengalaman wisata yang positif dan berkesan. Sebagai pelengkap, akan didirikan pula foodcourt atau pujasera yang khusus menyajikan kuliner khas Sirukun dan sekitarnya. Dengan mengusung konsep tradisional, pujasera ini bertujuan memberdayakan ekonomi masyarakat melalui UMKM lokal sekaligus memberikan pengalaman kuliner yang otentik bagi para wisatawan.Salah satu inisiatif usaha yang telah berjalan dan menjadi cikal bakal pengembangan wisata kuliner ialah "Saung Galar". Dikelola langsung oleh Kepala Desa Karpi, Saung Galar memadukan konsep rumah makan yang menyajikan masakan khas Kalibening dengan fasilitas rekreasi berupa kolam renang anak. Keberadaan Saung Galar menjadi bukti nyata bahwa ide-ide kreatif pengembangan ekonomi lokal dapat diwujudkan dan menjadi inspirasi bagi warga lainnya.

Masa Depan Cerah di Tangan Masyarakat yang Guyub

Desa Sirukun, Kecamatan Kalibening, merupakan contoh nyata sebuah desa yang membangun dari akarnya. Kekuatan mereka tidak hanya terletak pada kesuburan tanahnya, tetapi juga pada kekompakan dan kerukunan (guyub) warganya dalam menjaga tradisi serta menyambut masa depan. Dengan visi pembangunan yang jelas dan terencana, yang menyinergikan kekuatan pertanian, keunikan budaya, dan potensi pariwisata, Sirukun berada di jalur yang tepat untuk mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan.Perpaduan antara ritual "Mbok Sri Dewi Aminah" yang sarat makna, kemegahan "Kirab 1000 Tenong" yang memukau, serta masterplan pariwisata yang visioner, menjadikan Desa Sirukun lebih dari sekadar titik di peta Kabupaten Banjarnegara. Ia adalah sebuah narasi tentang harmoni, rasa syukur, dan kerja keras yang menginspirasi, sebuah desa yang siap menyambut dunia tanpa harus kehilangan jiwanya.